Judul
Drama : Aduh
Karya : Putu Wijaya
Tugas : Interpretasi Naskah dan
pertunjukan “aduh”
Kelompok : 3
a.
Sutradara : Maman Suryaman
Setelah
saya menonton pementasan “aduh” karya Putu Wijaya, dan membandingkan dengan
naskah aslinya, ada pemotongan adegan dan dialog yang dalam menginterpretasikan
naskah drama teatrikal “aduh”.
Pementasan drama “aduh”
yang di pertunjukan oleh SMK 1 Singaparna, saya selaku penonton merasa jenuh
dan kurang terapresiasi. Dilog yang mereka lakukan kurang ekpresif sehingga
terkesan kaku dan tidak menjiwai. Latar panggung terlau kaku dan sederhana
sehingga visualisasi tempat kurang memberikan deskrifsi yang jelas setiap
adegannnya. Dalam setiap adegan penataan musik mereka kurang, sehingga kesan
setiap adegan terkesan monoton dan menjenuhkan.
Berdasarkan hasil
diskusi maka, interpretasi yang akan kami lakukan pada drama teatrikal “aduh”
karya Putu Wijaya, adalah dengan pementasan yang sedikit berbeda. Untuk
menciptakan kesan yang menyenangkan dan menghibur, kami mengubah konsep drama
teatrikal menjadi drama parodi. Perubahan juga kami lakukan pada naskah,
penataan musik, piñataan artistik, dan juga aktris dan artisnya. Namun
perubahan ini tetap mengacu pada alur dan judul drama “aduh” karya Putu Wijaya.
Untuk lebih jelas berikut sinopsis dari pentasan drama parodi “aduh”:
“Dikisahkan ada tujuh
orang pemuda bekumpul merencanakan pesta minuman keras pada malam tahun baruan.
Ketujuh pemuda ini merupakan kelompok pemuda pengangguran yang punya hobi
mabuk-mabukan. Tibalah saatnya pada malam yang sudah direncanakan, Didin yang
menyangka dirinya terambat datang merasa
kaget karna di Pos Ronda belum ada siapa-siapa, namun tidak lama kemudian satu
persatu teman-temannya datang dengan banyak gaya layaknya orang gaul masa kini.
Setelah semuanya berkumpul lalu dimulailah pesta minuman keras para
pengangguran pada malam tahun baruan itu. Disela-sela keasikan pesta, tiba-tiba
Didin baru ingat bahwa temannya yang satu lagi, Pepen belum datang. Atas dasar
setia kawan, Didin meminjam HP temannya Furqon untuk menghubungi Pepen
dirumahnya. Karna dalam kondisi mabuk, Didin
saat panggilan pertama salah sambung ke kantor polisi, kemudian
panggilan kedua salah sambung ke petugas pemadam kebakaran, panggian ketiga
salah sambung ke rumah sakit. Baru setelah keempat kalinya Didin tersambung ke
Pepen. Tidak lama setelah Didin menelepon, Pepen pun datang dengan tergesa-gesa
menghampiri teman-temannya yang sedang asik berpesta, dan Pepen pun bergabung
berpesta minuman keras dengan teman-teman penganggurannya. Ada sebuah kebiasaan
dari Pepen, jika berpesta ia ingin takaran minumannya ditambah, namun karna
persediaan minumannya terbatas, Pepen pun menambahkan obat nyamuk cair baigon
untuk meningkatkan kadar alkohol dalam minumannya. Mungkin Pepen pada malam itu
sedang apes, ia pun jatuh, tersungkur
ke tanah. Teman-temannya yang kaget melihat kondisi Pepen kebingungan setengah
mati. Lucunya mereka bukannya menolong Pepen, tapi malah berselisish
mendebatkan kondisi kesehatan Pepen. Pepen yang tak kuat menahan sakitnya, berguling-guling
untuk mengurangi rasa sakit. Dari mulutnya Pepen mengeluarkan busa putih,
kemudian kejang-kejang dan akhirnya mati. Teman-temannya yang ramai berdebat
tiba-tiba terdiam sejenak, dan serentak kaget melihat Pepen sudah mati. Karna
takut disalahkan, mereka pada malam itu juga cepat-cepat mencari penguburan
yang jauh dari perkampungan. Pada saat diperjalanan, sambil menyanyikan lagu
dangdut, mereka mendapat gangguan dari makhluk halus, dan sebagian dari mereka
lari meninggalkan sisa dua orang teman Pepen yang setia. Akhirnya dengan penuh
perjuangan Pepen pun dikuburkan. Karna kedua temannya tidak tau cara berdoa,
untuk mengirim doa mereka melagukan lagu dangdut sik-asik kesukaan Pepen. Tak
lama kemudian teman-temannya yang kabur, semuanya datang lagi dan ikut
bernyanyi untuk menghibur Pepen yang sudah dikubur.
b.
Penata
Musik: Ganjar Djuanda
Setelah mendengarkan
drama “aduh” karya Putu Wijaya, khususnya dalam penataan musiknya, saya
berpendapat bahwa musik dalam drama tersebut terlalu simpel, yakni hanya
menggunakan alat musik pukul berupa dog-dog dan gendang saja. Selain itu saya
masih banyak mendengarkan kekosongan pada setiap adegannnya. Pada saat pemain
ribut, musik tidak terdengar, sehingga hanya suara ribut pemain saja yang
tedengar oleh penonton. Disini saya berpendapat perlu adanya tambahan alat
perkusi dan alat non tradisional. Hal ini di tujukan untuk bisa lebih
mengapresiasi penonton. Sebagai contoh pada saat pemain menyatakan “awas ada anjing”, menurut saya harus ada
ilustrasi suara anjing agar adegan lebih terasa suasananya.
c.
Penata
Artistik: Syarif
Setelah saya meihat
pertunjukan drama “aduh karya Putu Wijaya khususnya bagian artistik atau
dekorasi, saya rasa perlu adanya penataan lebih. Hal ini dikarnakan saya hanya
melihat dekorasi simpel yaitu berupa bentangan kain hitam, tata lampu pencahayaan
yang remang-remang, dan empat batang kayu yang terikat menyilang. Saya rasa
peru adanya beckraound gambar yang sesuai dengan jalan cerita, dan tata lampu
yang lebih agar suasana tidak terlalu monoton. Dari adegan kesatu sampai akhir
cerita, diharapkan penonton bisa terbawa oleh suasana dan bisa lebih masuk
kedalam jalan ceritanya.
d.
Akrtis:
Yosep
Setelah meihat drama
“aduh” karya Putu Wijaya, dari adegan pertama sampai akhir, disini saya meihat
bahwa para pemain/ pemeran/ lakon pada drama tersebut terlalu rame, dalam arti
pemain saat berdialog semua serempak berbicara. Sehingga maksud yang
disampaikan tidak terlalu jelas artinya. Disini jika saya manjadi pemain, saya
harus tahu kapan saya berbicara dan kapan lawan peran berbicara sehingga
maksud/ isi dari cerita yang dibawakan bisa lebih tersampaikan dan bisa
dimengerti penonton.
e.
Artis:
Neng
Setelah saya meihat
drama “aduh” karya Putu Wijaya, disana saya melihat tokoh hantu tidak nampak
dan kurang memberikan kesan yang menyeramkan. Saya sebagai artis akan berperan
sebagai hantu wanita yang sangat menyeramkan namun terkesan lucu juga. Hal ini
dilakukan untuk menyesuaikan dengan naskah hasil interpretasi “aduh” dari
keompok kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar