Minggu, 22 April 2012


Sepenggal Kisah Perjodohanku dengan Menulis

            Pertamaku mengenal keterampilan menulis saat aku duduk di bangku sekolah dasar di Kabupaten Garut. Walau saat itu aku belajar menulis, tapi aku hanya belajar mengenal huruf, lalu menuliskannya kembali di buku mini berwarna putih, lengkap dengan cover buku yang dipenuhi gambar kartun Donal Bebek yang aku bawa dari rumah. Sejak SD sampai SMA, menulis merupakan kegiatan sampinganku pada saat mengerjakan tugas-tugas sekolah. Aku menulis ketika ada tugas dari ibu guru saja, kalau tidak, sama seperti layaknya anak sekolah pada umumnya menghabiskan waktu untuk bermain dengan teman-teman sebaya dilapangan olahraga. Perasaanku pada saat itu bahwa menulis merupakan pekerjaan yang membosankan, apalagi tulisanku yang seperti layaknya lulusan dokter professional, terhampar seperti rumput hijau lapangan sepak bola,  yang hanya bisa dibaca olehku, tanpa orang lain mengerti sedikit pun dari tulisan yang aku miliki. Pada saat itu aku belum memahami bahwa menulis itu menyenangkan dan  bisa meningkatkan keterampilan berbahasa. Seperti layaknya pribahasa, “tak kenal maka tak sayang”.  
            Pengetahuanku yang mendalam tentang keterampilan menulis mulai aku dapatkan pada saat aku meneruskan sekolah ke perguruan tinggi FKIP UNINUS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di kota Bandung. Sejak awal semester ini lah aku mulai mengenal empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan ini memang aku akui bahwa opini umum “menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit dilakukan”. Walau demikian, ketertarikanku untuk menulis sudah terlanjur menjadi hobi yang aku tularkan kepada murid-muridku di sekolah.
            Konon banyak orang mengira bahwa tidak ada gunanya kita belajar menulis, toh sejak kecil kita sudah bisa nulis! Namun hal itu salah, apa yang aku pelajari tentang menulis dan pembelajaran menulis belum mereka pahami secara benar. Jangankan yang tidak belajar menulis, yang belajar menulis saja banyak lulusan sarjana yang masih salah dalam menulis. Selama aku belajar menulis, banyak hal yang dapat aku dapatkan dari keterampilan menulis, diantaranya menulis meningkatkan penalaranku tentang suatu objek yang aku tulis, melatih berfikir sistematis, memperkuat daya ingat tentang materi yang dipelajarai, menuangkan ide-ide dan curahan perasaan dalam sebuah tulisan sebagai kepuasan batin dan banyak lagi yang lainnya.
            Sebagai seorang calon guru, aku sadar bahwa keterampilan menulis merupakan point penting yang harus aku kuasai sejak masih menjadi Mahasiswa. Pada saat masih kuliah ini lah, aku masih banyak waktu untuk belajar dan bertanya ketika mendapat kesulitan saat mengajar. Hal ini ternyata aku bisa rasakan sendiri ketika awal kuliah, aku belajar mengajar Bahasa Indonesia di SMK IT Nurmadinah. Keterampilan menulis yang aku dapatkan di bangku kuliah sangat membantu sekali pada saat proses belajar mengajar di kelas. Apalagi aku memiliki Dosen mata kuliah menulis dan pembelajaran menulis yang selalu memotivasi aku untuk selalu terus meningkatkan keterampilan menulisku. Aku bersyukur Allah mentakdirkanku untuk belajar pada beliau. Semoga Allah membalas semua kebaikannya denga limpahan kebaikan yang lebih besar, aamiin.

Mohon kritik dan saranya yang membangun untuk perbaikan tulisanku kedepannya. Terima kasih!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar